Seminggu sebelum Paskah, terbersit keinginan untuk pulang ke rumah. Apalagi, Mama akan berulang tahun. Sebagai si anak sulung yang sering bepergian dan jarang pulang ke rumah saat hari raya, saya merasa bahwa ini adalah saat yang tepat untuk pulang. Mama berulang tahun tanggal 14 April, perayaan Minggu Paskah bersama keluarga tanggal 16 April, dan ulang tahun almarhum Bapak tepat tanggal 17 April. Seminggu yang penuh dengan perayaan penting itulah yang menjadi magnet kuat saya untuk segera memesan tiket pesawat ke Medan. Anyway, kalau mendengar kata Medan / Sumatera Utara, apa sih yang terbersit di kepala teman-teman? Mungkin
Danau Toba dan Samosir kali ya? Nah, kali ini saya mau ceritakan tentang kampung halaman Bapak saya, Sibolga.
Untuk mencapai Sibolga dari Bandung, saya terbang selama 2,5 jam dan masih harus melanjutkan perjalanan darat dari Bandara Kualanamu sekitar 10-11 jam. Memang sih, sudah ada penerbangan dari Medan ke Sibolga dua kali sehari, namun jadwalnya hanya di pagi hari dan seringkali penerbangannya dibatalkan. Beberapa kali punya pengalaman buruk saat ingin pulang langsung ke Sibolga naik pesawat, membuat saya lebih memilih duduk di dalam mobil travelselama 11 jam. Poin utamanya adalah yang penting sampai.
Tapi, kalian harus tahu dan bersiap untuk berdoa sepanjang jalan Medan‒Sibolga karena sopir travel asli kelahiran Sumatera Utara sudah terbiasa menyetir dengan kecepatan tinggi di kondisi jalan apa pun. Bayangkan, saat perjalanan kemarin, saya sampai di Sibolga hanya dalam waktu 7 jam karena Abang Driver-nya begitu bersemangat menginjak pedal gas. Syukurnya, tidak ada penumpang yang muntah, hanya sedikit benjol di kepala karena seringkali kepala kami terbentur ketika mobilnya ‘terbang’.
Karena sering bepergian, saat pulang ke rumah, biasanya saya memilih untuk isthirahat atau membantu Momong berdagang di pasar. Lalu, saya teringat kalau saya belum pernah menulis daya tarik kampung saya sendiri. Sudah melanglang buana kemana-mana, tapi tidak pernah memperkenalkan rumah? Duh, saya malu.
Sibolga merupakan kota kecil di tepian teluk yang diapit perbukitan dan laut. Sebutan Tapian Nauli yang berarti tepian yang cantik, disematkan untuk Sibolga, kota yang juga menjadi penghasil ikan terbesar di Sumatera Utara (sekarang disebutnya ‘Sibolga Kota Ikan’). Baiklah. Mari, saya perkenalkan kepada kalian apa saja yang menjadi daya tarik kampung halaman Bapak saya:
1. Pantai Wisata Indah (WI)
WI ini tempat nongkrong favorit orang Sibolga pada sore hari. Dinamakan Pantai Wisata Indah karena lokasinya persis di depan hotel Wisata Indah. Setiap sore, banyak pedagang membuka kios jajanan untuk menemani orang-orang bersantai sambil menikmati senja dan laut. Jika tidak sedang berombak, orang Sibolga senang mandi laut pada sore hari. Bisa bikin sehat dan tubuh lebih kuat, katanya.
2. Tor Simarbarimbing
Selain menikmati panorama laut, sedari kecil, saya senang naik ke Bukit Tor Simarbarimbing untuk melihat Kota Sibolga dari ketinggian. Meski harus mendaki ratusan anak tangga, pemandangan dari puncak bukit akan membuat rasa letih saya hilang seketika. Apalagi, kalau naiknya menjelang senja. Saya bisa dapat pemandangan senja dan Teluk Sibolga.
3. Tangga Seratus
Sebenarnya, jumlah anak tangganya ada lebih dari 100, tapi orang Sibolga menyebutnya tangga seratus sejak dulu. Dari atas, kita bisa melihat panorama Kota Sibolga dan Teluk Tapian Nauli, tapi tidak seluas saat kita memandangnya dari Tor Simarbarimbing.
4. Pulau Mursala
Ditilik dari letak geografisnya, Pulau Mursala masuk ke wilayah administrasi Kabupaten Tapanuli Tengah, bukan Kota Sibolga. Namun, karena letaknya sangat dekat, orang-orang kerap mengenal bahwa Pulau Mursala berada di Sibolga. Yang membuat pulau ini terkenal adalah air terjunnya langsung mengalir ke laut. Konon katanya, air terjun seperti ini hanya ada beberapa di dunia. Saya sudah pernah bercerita tentang Pulau Mursala
di sini,
lho.
5. Sibolga Square
Tempat yang hanya buka pada malam hari ini menjajakan beragam kuliner, seperti sate, nasi goreng, mie tek-tek, pempek, soto ayam, mie sop dan masih banyak yang lainnya. Ada juga
Mie Gomak yang digadang-dagang sebagai makanan khas di Sumatera Utara. Namun, jika kalian bertandang ke Sibolga, saya menyarankan untuk menyicipi kerang rebus khas Sibolga. Apanya yang bikin khas? Bumbunya,
dong! Di Sibolga, kerang rebus disantap bersamaan dengan saus spesialnya yang terdiri dari parutan nanas dan kacang tanah yang diulek ditambah kucuran jeruk nipis. Rasanya? Coba sendiri!
6. Pelabuhan Lama Sibolga
Bagi penyuka gedung-gedung tua, mungkin akan tertarik mengeksplorasi banyak bangunan sudah terbengkalai yang banyak dialihfungsikan menjadi gudang. Tapi, lokasi ini bagus untuk foto-foto, lho. Saya kerap berandai-andai jika pemerintah Sibolga mau merenovasi gedung-gedung tua ini pasti akan menjadi objek wisata yang sangat menarik. Yah, seandainya.
7. Jembatan Kuning Sibolga
Jembatan ini baru saja rampung dan mungkin ke depannya akan menjadi objek wisata menarik di Sibolga, di mana para pengunjungnya bisa bersantai sore sambal berjalan-jalan di atas jembatan yang dibangun di tengah laut ini. Enaknya sih, datang saat pagi atau sore hari ketika matahari tidak terlalu terik dan angin laut sepoi-sepoi membelai wajah.
8. Rujak Ulek dan Cendol Pasar Belakang
Saat pulang ke Sibolga, saya tidak pernah lupa untuk menyambangi rujak ulek dan cendol pasar Belakang yang menjadi langganan saya sejak SD. Di kawasan pasar Belakang, kalian juga bisa menemukan banyak ikan asin yang menjadi komoditi khas dari Sibolga selain ikan segar.
9. Pajak Nauli Sibolga
Bila ingin melihat jantungnya Kota Sibolga, datanglah ke Pajak Nauli. Pajak di sini bukan berarti kantor pajak ya, tetapi sebutan untuk pasar. Dulu sempat bingung juga kenapa orang-orang sering pergi ke Pajak (karena dulu, saya pindah sekolah dari Bengkulu ke Sibolga). Ternyata, maksudnya adalah pasar, toh. Kalian bisa mencoba kuliner mie sop yang ada di Pajak. Warung-warung di pasar ini juga menjajakan penganan khas Sibolga, panggang pacak, serta ikan yang dilumuri bumbu kuning dan dibakar.
10.Pantai Pandan, Pantai Kalangan, dan Pantai Bosur
Sama seperti Pulau Mursala, pantai-pantai ini juga berada di Kabupaten Tapanuli Tengah. Tapi, orang-orang pasti pergi ke Pantai Pandan, Pantai Kalangan, dan Pantai Bosur saat bertandang ke Sibolga. Pantai-pantai ini bersebelahan dan bisa dieksplor dalam waktu yang bersamaan. Di akhir pekan, pantai ini ramai dengan keluarga yang berpiknik ria.
11.Pantai Mela
Pantai ini persis di halaman belakang rumah saya dan yang menjadi favorit saya adalah suasananya lebih sepi ketimbang pantai lainnya. Rasanya enak betul setiap sore bisa duduk santai di belakang rumah sambil menikmati senja. Ada beberapa warung yang menjajakan pisang goreng dan es kelapa muda. Bayangkan saja betapa nikmatnya hidup di Sibolga.
12.Pulau Putri
Pulau ini lokasinya dekat dengan Pulau Mursala dan bisa ditempuh dengan naik
speed boat selama kurang lebih satu jam. Meski pulaunya tidak terlalu besar, terumbu karangnya akan menggoda kamu yang senang dengan dunia bawah laut. Laut biru jernih dan pantainya yang berpasir putih akan membuat kamu betah berlama-lama di pulau ini. Untuk cerita lengkap tentang Pulau Putri, bisa kalian baca
di siniya.
Sebenarnya, tempat-tempat yang aku sebutkan di atas hanya sebagian kecil dari pesona wisata yang dimiliki Sibolga dan Tapanuli Tengah. Bahkan Barus, kota kecil yang bersebelahan dengan Sibolga juga sangat menarik buat diulik. Jadi, pastinya masih ada banyak lagi tempat-tempat menarik di sana.
Akhirnya, saya berencana untuk tinggal lebih lama di Sumatera Utara untuk mengeksplorasi setiap sudut Sibolga dan Tapteng sampai satu email masuk ke dalam kotak surat saya. Isinya? Diajak ke Melbourne tanggal 6 Mei mendatang. Hatiku riang, girang tak terkira.
Sampai saya menyadari sesuatu. “Laaaahhh, 6 Mei kan, dua minggu lagi!”, pekik saya saat membaca email itu. Duh, mulai kalang kabut karena posisi masih di Sibolga, sedangkan saya harus mengurus Visa Australia secepatnya.
Saat itu, yang terpikir di benak saya pertama kali adalah harus reschedule tiket pesawat secepatnya untuk pulang ke Jakarta karena tiket pulang saya dijadwalkan ke Bandung. Makin was-was lah saya karena reschedule-nya bukan cuma jadwal, tetapi juga destinasinya.
Karena waktu itu
booking tiket pesawat PP dari
mobile apps Traveloka, saya buka lagi aplikasinya dan ternyata ada fitur
Easy Reschedule yang bisa mengubah jadwal penerbangan langsung. Jadi, saya tidak harus datang ke kantor maskapai atau repot menelepon Customer Service maskapai. Pun di Sibolga, tidak ada kantor maskapai Citilink yang tadinya saya pesan untuk pulang dari Medan ke Bandung. Repot
kan, kalau disuruhnya datang ke kantor maskapainya.
Sebelum mengulik fitur tersebut, saya sempatkan untuk intip website Traveloka untuk memastikan hal-hal terkait Easy Reschedule, seperti syarat dan ketentuan yang biasanya jarang orang-orang perhatikan. Jangan sampai kita salah informasi ya, kan? Yang paling saya ingat adalah bahwa tidak semua maskapai menyediakan layanan ubah salah satu jadwal dari tiket PP yang sudah dibeli di satu maskapai, biasanya disebut ubah secara parsial. Kedua, kita akan dikenakan biaya adminstrasi untuk mengubah jadwal penerbangan dalam atau luar negeri. Masing-masing nominalnya berbeda. Ketiga, jika tiket yang diubah lebih murah dari tiket yang baru, kita akan mendapat refund, namun sebaliknya, kita harus membayar tambahan harganya. Fair enough.
Saya cobalah untuk klik “Manage Booking” di aplikasi Traveloka dan muncul tiga pilihan, yaitu ‘Reschedule’, ‘Refund’ atau ‘Contact Traveloka’. Saya klik Reschedule dan memilih penerbangan yang akan saya ubah jadwalnya. Yang bikin saya kaget, ternyata saya
nggak hanya bisa ubah jadwal terbang, tetapi juga destinasi dan maskapainya. Jadi, misalkan kamu awalnya terbang dengan Citilink, lalu mau menggantinya menjadi Batik Air, bisa
lho! Namun, saya tetap memilih maskapai Citilink dengan hanya mengubah destinasi dari Medan–Bandung menjadi Medan–Jakarta.
Saat memilih jadwal penerbangan yang baru, kita langsung diberitahu berapa perkiraan biaya untuk reschedule. Ada yang gratis lho,alias 0 rupiah. Itu artinya nggakperlu menambah biaya lagi. Enak betul!
Tetapi, karena tetap memilih Citilink, saya harus menambah biaya sebesar Rp50.087. Yah, nggak mahal-mahal amat lah. Setelah melakukan pembayaran, saya langsung menerima kode booking penerbangan saya yang baru. Semudah itu ya, sekarang buat reschedule flight. Padahal dulu, ya ampun, ribet sekali hanya untuk pindah jam terbang saja.
Saya janji akan pulang lagi ke Sibolga secepatnya untuk mengulas semua potensi wisata di sana. Sekarang, mari fokus mengurus Visa Australia, sendiri. Hahahaha. Wish me luck, ya!