Quantcast
Channel: Travel Journal of Satya
Viewing all articles
Browse latest Browse all 119

Ode dari Ketambe, Menyambangi Orangutan di Leuser Ecosytem

$
0
0

Sepiring pancake bertabur buah-buahan segar sudah mendarat dengan aman di dalam perut yang semalaman keroncongan. Carrier merah muda kesayangan sudah siap disandang masuk hutan. Cicit burung nan merdu jadi nyanyian pengawal hari yang cerah menyenangkan. Rasanya lebih dari sekedar menyenangkan karena saya dan delapan teman, tim #LastPlaceOnEarthChallenge akan masuk ke jantungnya Leuser Ecosystem Aceh untuk bertemu langsung dengan orangutan dan teman-temannya.

“Sebelum mulai trekking ke hutan, kita mau ke pos dulu ya, katanya ada beberapa orangutan di sana”, ujar Bang Zul, local guide kami di Ketambe.

Bang Zul, local guide kami di Ketambe...

Hati saya deg-degan serasa akan kencan pertama kali. Iya bisa dikatakan begitu karena saya akan bertemu, melihat, berkencan langsung dengan orangutan di rumahnya, hutan rimba.

Trekking ke Ketambe ini jadi pemanasan sebelum kami melakukan pendakian 6 hari ke Gunung Kemiri, yang juga masih dalam satu kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Tujuannya ingin melihat Orangutan, Macaca / monkey, gibbon, flora dan fauna yang ada di jantungnya Aceh. Tapi harus diingat, bahwa tidak ada yang bisa memastikan di mana dan jam berapa kita bisa melihat hewan-hewan itu karena mereka liar dan tidak menyukai kehadiran manusia. Begitu mendengar suara manusia sedikit saja mereka sudah langsung kabur.

Garry, ketua ekspedisi ini, sudah memberitahu kami di awal bahwa ketika melihat hewan-hewan liar, sebaiknya tidak mengeluarkan suara sedikit pun, seberapa pun girangnya kita. Bahkan jalan harus mengendap-ngendap agar suara langkah kaki kita tidak terdengar oleh mereka. Selayaknya memasuki rumah orang lain, kita harus sopan kan?

Garry Sundin, our trip leader from Orangutan Odysseys

Dengan langkah pelan kami menuju salah satu lokasi yang katanya sedang menjadi tempat favorit orangutan berkumpul belakangan. Ternyata pohon itu sedang berbuah hingga beberapa orangutan memutuskan untuk berdiam dan jadilah mereka bersarang di pohon besar itu sementara waktu. Ada sekitar 5 orangutan yang kami temui. Sebagian dari mereka sedang asyik berayun di antara ranting pohon dan mengunyah daun serta buah. Sebagian lagi masih asyik tidur di dalam sarangnya. Pohonnya besar sekali sehingga kami tidak bisa melihat dari dekat. Hanya Adam dan Sean yang membawa lensa kamera tele yang mengabadikan orangutan itu secara close-up.


Orangutan nya melihat kami yang menatap dia dengan gembira dan dibalas dengan tatapan seperti itu...



Ketika sudah dirasa cukup mengabadikan orangutan di lokasi pertama, Garry mengajak kami untuk bergerak masuk ke dalam hutan Ketambe. Pintu masuk ke hutannya ada di tepi jalan dan tidak ada plang apa pun yang menjadi penanda bahwa itu pintu. Selain Bang Zul, ada Bang Sam dan Bang Is yang mendampingi ekspedisi kami.

“Satya capek nggak? Mau dibawakan tasnya?” tanya Bang Zul setelah setengah jam pendakian dimulai. Jalurnya sangat menanjak sehingga saya basah bermandikan keringat karena membawa beban yang lumayan berat di punggung. Saking basahnya saya terlihat seperti habis mandi. Mungkin karena melihat itu Bang Zul merasa kasihan dan menawarkan bantuan.

“Nggak apa-apa Bang Zul. Sudah biasa berkeringat deras begini setiap naik gunung. Sekalian latihan bawa beban nih sebelum ke Gunung Kemiri” ujar saya sambil terkekeh. Tubuh kita memang butuh adaptasi dulu saat akan naik gunung. Bagian terberat saat naik gunung adalah 3 jam pertama, apalagi kalau sudah disuguhi tanjakan dari awal pintu masuk. Tubuh kita kan butuh beradaptasi dulu ya jadi ada baiknya berjalan dengan ritme pelan tapi pasti.

Setiap setengah jam / satu jam kami berhenti untuk beristhirahat sekitar 10 menit. Kami manfaatkan waktu isthirahat itu untuk minum dan menyantap makanan ringan yang kami bawa. Tentu tak lupa foto-foto dengan pohon dan lumut cantik dalam hutan. Saya sangat menikmati ekspresi teman-teman dari Australia ketika melihat sesuatu, entah itu pohon, daun, bunga, lumut yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

Ayo, ada yang tahu ini hewan apa?

Di tengah perjalanan kami juga menjumpai akar-akar gantung yang panjang dan cukup kuat untuk kami jadikan ayunan. Tentu saja sangat menyenangkan bisa berayun-ayun ala Tarzan dengan akar-akar itu. Semuanya tertawa gembira dan sejenak lupa rasa pegal di kaki karena sudah berjalan untuk waktu yang cukup lama.


Local Tarzan, Bang Sam, happily swing among the trees....

Angie also looks so happy swinging around...

Setelah dirasa cukup bermain-main, kami meneruskan perjalanan dan tak berapa lama kami mendengar gemerisik dedaunan. Secara reflek kami melangkah berjinjit, sebisa mungkin tidak menimbulkan bunyi. Kami percaya itu adalah orangutan yang sedang bergelayut di pepohonan.

Ternyata benar.

Tak berapa lama, satu orangutan betina dan anak orangutan yang berusia sekitar 2 tahun bergelayutan di dahan-dahan pohon, tepat di atas kepala kami. Mama Orangutan sempat berhenti sejenak dan melihat kami, begitu dekat. Kami terdiam namun membidik lensa kepadanya. Saya terduduk di tanah dan air mata menetes di mata saya. Tentu itu adalah air mata bahagia. Dengan perasaan puas bahagia, kami melanjutkan perjalanan ke camp tempat kami akan isthirahat makan siang dan juga beristhirahat sebelum eksplorasi Ketambe lagi keesokan harinya.

Mama orangutan and the baby <3


Camp kami didirikan tepat di tepian sungai namun tetap aman meski air sungai bisa naik pasang. Tim guide dan porter selain Bang Zul, Bang Is dan Bang Sam sudah ada di sana sedang memasak dan menyiapkan tenda serta makan siang. Sambil menunggu, kami semua diperbolehkan menikmati free time yang tentunya kami pergunakan untuk mandi di sungai. Menyegarkan rasanya bisa berendam di air sungai yang dingin setelah hampir setengah hari berjalan kaki.


Across the river was fun!


Our river camp...

Lusi & Bang koki kita yang memasak makanan selama 2 minggu ekspedisi LPOEC


Sehabis berenang di sungai, terbitlah lapar sehingga kami menyantap makan siang kami dengan sangat lahap. Saya bahkan sampai menambah nasi hingga dua piring. Energi kembali terisi penuh dan kami siap berjalan lagi. Rencananya kami hanya akan berjalan selama dua jam, mengeksplorasi Ketambe dan berharap bisa bertemu orangutan lagi. Sayang kami tidak terlalu beruntung sore itu, namun tidak kecewa juga karena kami sudah menjumpai 7 orangutan.

Menjumpai 7 orangutan di habitatnya dalam satu hari tentu tidak bisa hanya dibilang beruntung. Sangatlah beruntung namanya. Ya kan?

Di hari kedua kami mengeksplorasi Ketambe, target kami adalah menjumpai Hornbill & Gibbon yang bisa dijumpai di pagi hari saat mereka berjemur di pucuk-pucuk pohon. Kami mulai berjalan jam 7 pagi dan mengikuti bunyi-bunyian Gibbon yang sangat khas. Pastinya ada banyak sekali Gibbon di Ketambe jika mendengar betapa gaduhnya suara mereka di pagi hari.

Namun sayangnya Gibbon menyukai pohon-pohon yang sangat tinggi sehingga sangat susah melihat mereka dari jarak dekat. Harus bawa binocular sendiri atau pakai lensa tele yang bisa menangkap gerakan mereka yang cepat. Saya tidak memiliki kedua-duanya, sehingga saya hanya mendongak, melihat titik-titik kecil berwarna abu-abu di puncak pohon. Namun saya sangat menikmati suara mereka yang begitu merdu di telinga. Bunyinya bersahut-sahutan seperti rumpi pagi yang seru. Saya mau ikutan tapi nggak mengeti bahasanya. Bagaimana dong? Hehehehe…

Dalam perjalanan ke Ketambe ini, kami juga dimanjakan dengan berendam di “kolam” air panas. Sebenarnya bukan kolam secara harafiah, melainkan sungai yang dialiri air panas dan air dingin yang menjadikan ada beberapa titik kolam yang bisa dijadikan tempat berendam. Meski hanya diberi waktu 30 menit untuk berendam karena harus kembali ke camp untuk makan siang. Tanpa babibu, saya buka baju dan langsung berendam.

Aih Mak enak betul!

Sumber air panas yang mengalir bersamaan dengan air dingin sungai sehingga menjadi air hangat...

Left - Right : Princess Sher, Mil, Angie, me, Brendan


Segala rasa pegal di paha, telapak kaki, pundak, punggung, hilang tak terasa lagi. 30 menit itu terasa sebentar sekali padahal saya masih ingin berendam. Tapi kalau berlama-lama nanti saya ditinggal sendirian di hutan. Bergegaslah kami berpakaian dan mengenakan sepatu, bersiap berjalan lagi.

Begitu tiba di camp, makan siang sedang disiapkan dan kami masih punya waktu untuk berenang sebentar di sungai sambil mengeringkan pakaian basah yang kami pakai berendam di air panas. Langit biru tak berawan, air sungai yang mengalir segar dan angin semilir nan sejuk membuat saya betul bersyukur, merasa terberkati untuk perjalanan di Ketambe yang sangat menyenangkan.

Saya buka mata lebar-lebar, saya tegakkan telinga, saya hirup udara dalam-dalam, berusaha untuk merekam sebaik-baiknya apa yang saya lihat, saya dengar dan saya hirup. Rekaman perasaan yang menyenangkan yang ingin saya putar berulang-ulang setiap kali saya merasa terlalu banyak beban pikiran. Nyanyian alam, ode, ode dari Ketambe...

Greetings from the Jungle Girls ; me, Angie, Princess Sher, Mil, Emma
Ekspedisi bertajuk "Last Place On Earth Challenge" ini diselenggarakan oleh Orangutan Odysseys dan menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya. Berminat ikut? Bisa langsung kontak mereka ya!


Cheers,











Viewing all articles
Browse latest Browse all 119

Trending Articles