Yang jadi persoalan, kamu lagi puasa atau nggak? Yha.
Tahun lalu tepat di bulan ramadhan, saya melakukan pendakian bersama dua orang sahabat saya, Devanosa dan Chooey. Dari kami bertiga, yang puasa hanya Deva, dan saya menulis artikel ini sebenarnya berdasarkan pengalaman Deva. Tapi buat saya dan Chooey, meski tidak melakukan puasa, tetap ada bedanya naik gunung di bulan ramadhan.
| Baca juga : Mencumbu Mahameru, Rinduku Pada Gunung Semeru
Apa yang harus disiapkan?
1. Persiapan Fisik
Tentu saja persiapan fisik harus fit meski di bulan puasa. Oleh karenanya dianjurkan untuk naik gunung ketika pertengahan bulan atau mendekati hari raya Idul Fitri karena badan kita sudah beradaptasi dengan ritme puasa. Pilih gunung yang tidak terlalu terjal agar pendakian tidak berat. Kami memang naik ke Gunung Semeru waktu itu, namun hanya sampai Ranu Kumbolo. Rencananya kami ingin camping ceria dua hari saja.
2. Perlengkapan pendakian gunung yang baik.
Naik gunung di bulan apa pun, perlengkapan pendakian gunungnya tetap sama. Namun diusahakan hanya membawa yang penting-penting saja agar beban tidak berat. Sewaktu kemarin, Deva hanya membawa daypack kecil saja sedangkan Chooey dan saya membawa carrier berisikan tenda, sleeping bag dan semua peralatan camping. Bisa dibaca lengkapnya di artikel tips mendaki gunung untuk perempuan ini ya.
Sebenarnya bawa porter akan memudahkan pendakian tetapi biasanya di bulan puasa, jarang sekali ada porter ya.
3. Persiapan Menu Makanan yang Sehat dan Bergizi
Deva memang selalu ‘picky’ untuk urusan makanan. Dia selalu mengatur menu makanan saat pendakian yang terdiri dari beragam menu sehat. Sayur dan buah harus ada. Apalagi saat bulan puasa, tubuh butuh nutrisi baik agar bisa menjalankan ibadah penuh dan nggak gampang sakit. Untuk tambahan bisa bawa vitamin dan juga susu agar sahur dan berbuka nya komplit sehatnya.
4. Mengatur Ritme Jalan Agar Tidak Gampang Haus
Dikarenakan jalan di bulan puasa, ritme jalan kami bertiga sangat pelan dibandingkan ritme biasa agar Deva tak cepat lelah dan haus. Kami berangkat sekitar jam 10 pagi dari Ranu Pani dan tiba di Ranu Kumbolo sekitar jam 4 sore. Kami berjalan lamban tapi aman dan pasti tidak melelahkan jika dibandingkan jalan cepat. Yang biasanya Ranu Pani – Ranu Kumbolo bisa 4 jam, waktu itu kami tempuh dalam waktu 6 jam.
Sepanjang jalur kami banyak berhenti dan bersenda gurau. Jadi Deva tidak terfokus pada ‘berapa jam lagi waktu berbuka’. Ternyata jalan pelan-pelan sambil melempar candaan sepanjang pendakian itu menyenangkan. Syukurlah waktu itu tidak turun hujan.
5. Ibadah jangan sampai tinggal
Deva tak pernah meninggalkan sholatnya. Begitu kami sampai di Ranu Kumbolo, hal pertama yang dilakukan Deva adalah menggelar matras, mengambil air wudhu dan menjalankan ibadah sholat. Lucunya, karena jarang sekali perempuan yang mau naik gunung di bulan puasa, banyak pria-pria terpana pada Deva, si wanita cantik sholeha yang juga cinta naik gunung. Nggak heran, setelah Deva selesai sholat, para pria-pria yang sudah mendirikan camp duluan berbondong-bondong mampir ke tenda kami menawarkan bantuan, menawarkan kopi, cemilan bahkan bantuan untuk memasak makanan. Saya dan Chooey tergelak. Cowok-cowok ini pasti modus semua ke Deva.
Bulan Juli tahun lalu, kami mendaki saat Gunung Semeru sedang musim kemarau jadi dingin sekali. Kami saling berpelukan meski meringkuk dalam sleeping bag masing-masing. Meski dingin, kami bahagia sekali karena malam itu kami disuguhi milky way super cantik (ini kenapa naik Semeru di pertengahan tahun selalu jadi favorit! Bisa lihat milky way dengan mata telanjang!).
![]() |
Milky way di Ranu Kumbolo (photo by : @andypinaria ) |
Waktu yang paling menyenangkan dalam pendakian ke Ranu Kumbolo kemarin tentulah saat pagi hari, ketika matahari keluar dari peraduannya. Selimut kabut terkuak oleh sentuhan sinar sang surya. A magical, mystical morning. Indeed.
Deva tentu sudah bangun dari pukul 3 subuh untuk menyiapkan menu sahur. Nasi sudah dimasak sejak malam jadi Deva hanya tinggal memasak tumisan sayur dan memanaskan lauk. Saya dan Chooey masih terlalu berat membuka mata jam segitu jadi kami tetap sarapan biasa pukul delapan pagi. Ini buktinya bahwa meski kami tidak puasa, kami dihargai oleh teman yang puasa. #lha
Kami turun dari Ranu Kumbolo selepas petang. Perjalanan turun tidak semelelahkan perjalanan naik, namun tentu saja kita tetap menjaga ritme jalan agar Deva tidak gampang lelah. Kan Deva masih puasa.
Kami tiba di Ranu Pani sekitar jam 5 sore, sudah mendekati waktu berbuka puasa dan Deva berhasil menjalankan puasa penuh selama dua hari pendakian ceria kami ke Gunung Semeru. Bravo Deva! We love you!
Nah, buat teman-teman yang juga mau mendaki di bulan puasa, semoga tips di atas berguna ya. Tapi harus ingat lagi kapasitas diri. Kalau dirasa memang tidak kuat mendaki saat bulan ramadhan, tenang saja masih ada bulan lain untuk melakukan pendakian. Yang penting pendakiannya aman, nyaman dan menyenangkan, pulang ke rumah dengan selamat.
Ingat yaaaa, tujuan itu bukan puncak gunung tapi rumah.
Ingat yaaaa, tujuan itu bukan puncak gunung tapi rumah.