“Nanti kita akan tidur di Laban Rata, di Sutera Sanctuary Lodge. Kita akan bermalam di sana sebelum ke puncak” ujar Bobby, local guide kami di Kinabalu yang super ramah.
Wah. Baru kali ini aku naik gunung, tidur di penginapan dengan ketinggian 2972 mdpl, hampir 3000! Itulah alasannya kami tidak perlu membawa peralatan camping seperti tenda, alat masak dan lainnya. Sudah baca kan Persiapan Mendaki GunungKinabalu?
Kami tiba di Laban Rata sekitar pukul setengah enam sore. Beruntung pula bisa melihat semburat senja, pertanda cuaca baik untuk mendaki ke puncak keesokan hari. Semoga benar-benar cerah, batin saya sambil mengucap syukur atas sore itu.
Sunset dari Laban Rata di hari pertama kami tiba. Wuwuwuwuw! |
Untuk bisa mendaki sampai ke Low’s Peak (Kinabalu Summit), kita harus tiba di Laban Rata sebelum pukul 07.00 setempat (waktu di Sabah lebih cepat satu jam dari Waktu Indonesia Barat). Selepas jam 7 malam, seluruh pendaki bersiap untuk isthirahat sebelum mendaki ke puncak pukul setengah tiga subuh keesokan harinya.
“Hangat banget di dalam sini”, pekik saya begitu kami masuk ke area restoran. Meja-meja bundar penuh dengan pendaki yang sedang menikmati makan malam. Rombongan kami termasuk yang paling terakhir yang sampai di sana. Dikarenakan jam tutup restoran sudah tinggal sebentar lagi, kami bergegas meletakkan carrier di pojok restoran dan mengantri mengambil makanan yang disediakan prasmanan.
Menu yang tersedia malam itu ada nasi, mie goreng, beef, olahan kambing, sosis dan menu lainnya. Jadi bingung jadinya mau makan apa. Yang jelas, kita harus mengisi asupan gizi agar kuat mendaki ke puncak. Asal jangan berlebihan supaya nggak mules ya. Favoritku di sini adalah puding mangganya. Enak!
Selepas makan malam, Bobby memberikan briefing lagi tentang jalur perjalanan ke puncak. Jam pendakian ke puncak akan dibuka jam 02.30 AM waktu setempat. Oh ya, di Gunung Kinabalu ada peraturan khusus tentang Cut Off Time lho.
Jadi, jarak dari Laban Rata ke Low’s Peak sekitar 3 KM dengan elevasi 1123 meter. Kita akan melewati satu pos sebelum ke puncak yaitu Pos Sayat-Sayat. Cut Off Time untuk tiba di Pos Sayat-Sayat adalah jam 5 pagi. Jika lewat dari COT, kita tidak diperbolehkan melanjutkan perjalanan ke puncak. Jika berhasil, kita masih harus terus berjalan agar tidak melewati COT di puncak Kinabalu yaitu jam 7 pagi. Jika jam 7 pagi kita masih jauh dari puncak, guide akan membawa para pendaki turun dan artinya gagal ke puncak. Duh, rombongan kami jadi was-was apakah bisa memenuhi target waktu.
Oh ya, pasti dari teman-teman ada yang bertanya kok ada COT begitu di Kinabalu? Alasan terbesarnya adalah faktor cuaca. Di atas jam 7 pagi, cuaca susah diprediksi, biasanya tertutup kabut tebal dan tentunya tidak aman untuk pendaki. Saya pribadi setuju dengan pemberlakuan COT ini demi alasan keselamatan. Sama seperti waktu saya mendaki ke Gunung Semeru, COT Puncak Mahameru itu jam 9 pagi.
Begitu briefingselesai, kami dipersilahkan untuk beristhirahat di kamar dan akan dibangunkan pukul 02 pagi nanti. Syukurlah kami mendapatkan satu kamar yang berisikan 12 tempat tidur bertingkat sehingga seluruh rombongan ada di satu ruangan. Lebih nyaman untuk menyimpan barang-barang dan mudah berkoordinasi.
Kok perempuan sama laki gabung kamarnya? Ya sama saja dengan kita tidur di tenda bisa campur antara perempuan dan laki-laki ya. Tak ada bedanya. Kita memilih satu kamar ya karena alasan di atas tadi.
Sebenarnya ada beberapa jenis kamar di Laban Rata ini yakni :
Laban Rata Resthouse Room 1 yang terdiri dari twin bed dan juga penghangat ruangan.
Laban Rata Resthouse Room 2 yang terdiri dari twin bed dan juga penghangat ruangan.
Laban Rata Resthouse Room 3 yang terdiri dari enam tempat tidur bertingkat dengan penghangat ruangan.
Laban Rata Resthouse Bunk Beds yang terdiri dari 60 tempat tidur bertingkat (bunkbeds) tanpa penghangat ruangan.
Fasilitas yang disediakan ada Kamar Mandi pakai shower dengan catatan air panas tersedia jika ada matahari karena sumber listriknya dari Solar Panel. Selama dua hari saya stay di Laban Rata, saya sama sekali tidak mandi karena setiap mau mandi, airnya dingin kayak es alias mataharinya ngumpet. Jadi ketika teman-teman lain berani mandi air dingin dan keramas sampai sakit kepala, saya hanya lap-lap badan saja.
Kamar mandinya hanya ada empat bilik. Dua bilik dengan shower dan dua bilik toilet. |
Lalu ada toko kelontong kecil di bagian resepsionis yang menjual obat dan penganan kecil, restoran dan juga toko souvenir. Oh ya, masing-masin tamu juga diberikan satu handuk tebal yang bisa diambil saat registrasi kedatangan. Jangan dibawa pulang ya handuknya. Hihihihi…
Waktu paling favorit di Laban Rata ini ya pas pagi hari. Santap pagi dengan langit biru cerah dan memandang bebatuan andesit Gunung Kinabalu dan lembahan yang diselimuti awan, rasanya tiada duanya.
Breakfast wih a view like this. Breathtaking isn't it? |
Dan yang aku suka dari laban Rata Resthouse adalah interiornya yang sweet peach & eyecatchy. Kalau kata anak zaman sekarang, "instagramable" banget. Hehehehe...
Waktu di sana, saya pandang-pandangi semua bingkai kata-kata motivasi yang ada di dinding. benar-benar memotivasi pendaki-pendaki untuk sampai di puncak dan tentu saja pulang ke rumah dengan selamat.
Eye catchy banget kan interiornya? |
Berapa Harga Penginapan Laban Rata?
Menginap di Laban Rata ini ratenya sekitar Rp 1.500.000 – 3.000.000,- per malam tergantung jenis kamar. Ratenya bisa berubah-ubah tergantung season. Begitu pula dengan ketersediannya karena Laban Rata resthouse ini hanya bisa menampung sekitar 75 pendaki. Untuk booking di peak season yakni pertengahan tahun, harus sudah dari enam bulan atau setahun sebelumnya.