Terhitung dari Mei 2016 lalu, saya melepaskan pekerjaan kantoran di salah satu digital agency asyik di bilangan Jakarta Selatan. Saya memutukan resign untuk mempersiapkan perjalanan panjang yang merupakan resolusi tahun 2017 saya ; ingin jalan-jalan penuh satu tahun dan ambil pekerjaan freelance yang bisa dikerjakan dari mana saja alias mobile working.
Sebuah keputusan besar dan gila karena di Jakarta hidup saya aman, nyaman, gaji oke, teman-teman kantor yang super asyik. Kurang enak apa coba? Tapi entah kenapa, saya ingin sekali melakukan perjalanan panjang selama tahun 2017. Meski pun sedari awal saya sudah menabung, saya yakin tabungan itu pasti tidak akan cukup untuk setahun.
One of the best travel moment in 2016! Pink Beach Komodo. Taken by Matt. |
Jadilah saya traveling kemana-mana selalu membawa laptop agar tetap bisa bekerja, menghasilkan uang agar terus berjalan dan juga tetap bisa update cerita perjalanan panjang saya di blog ini. Laptop saya sudah semacam travelmate yang paling setia. Ke mana saya pergi, di situ juga dia berada.
Keliling penjuru Nusantara untuuk menikmati senja. |
"Sat, kamu kalau lagi jalan-jalan gitu bawa laptop nggak sih? Biasanya ditaruh di mana?" tanya seorang teman suatu waktu.
"Ya pasti bawa laptop biar bisa kerja. Biasanya aku bawa di ransel sih. Lumayan berat karena laptopnya 14 inch dan tebal pula" jawab saya.
"Kenapa nggak pakai tablet aja biar ringkas dan praktis dibawa kemana-mana?" tanya teman saya lagi.
"Hmmm, agak susah sih kalau tablet. Karena selain kebutuhan kerja, aku butuh laptop untuk transfer foto dan video pas traveling juga kan" lanjut saya.
Pertanyaan teman saya itu akhirnya membuat saya berpikir bahwa sebenarnya saya butuh laptop baru, travelmate baru. Laptop yang saya gunakan sekarang sudah berusia hampir 6 tahun. Bahkan sekarang Deelee (nama laptop saya) sudah tidak bisa menyala kalau tidak ada listrik. Terasa sekali repotnya.
Traveling ke spot-spot underwater yang cakep! Salah satu foto favorit saya di Raja Ampat! |
Contoh nyatanya, saya sekarang berada di Arborek, pulau kecil di gugusan Raja Ampat, di mana listrik hanya menyala dari jam 6 sore sampai 12 malam. Memang sih sehariannya bisa dipakai buat main ke laut atau berkeliling kampung, tapi pas lagi butuh mau mengerjakan sesuatu, mindahin foto dan video karena memory card-nya full, tidak bisa langsung dikerjakan. Saya harus menunggu jam 6 sore dulu sampai listrik nyala. Hadeuh mesake...
Oke, bertambahlah satu wishlist saya, resolusi saya di 2017. Saya mau punya laptop baru, biar bisa dibawa jalan-jalan,spesifikasinya bagus untuk olah foto dan video, ringan dibawa kemana-mana dan tentunya baterai tahan lama.
Pas lagi browsing-browsing laptop keluaran terbaru mana yang mungkin cocok, saya melihat Acer Swift 7 dan Acer Spin 7 ada di dalam daftar. Entah kenapa, saya jatuh cinta dengan modelnya di pandangan pertama. Lalu saya mengulik lagi apa yang menjadi kelebihan dari Swift 7 dan Spin 7. Saya belum memutuskan mau memilih yang mana yang pas. Bantu saya untuk memilih ya ;)
Untuk Acer Swift 7, dia ini cantik, elegan dan ramping. Tebalnya saja hanya 9,98 mm, tipis kayak kertas ya? Dengan tebal segitu, tentunya sangat ringan dibawa kemana-mana. Acer Swift 7 ini didesain dengan warna gold yang bikin empunya-nya terlihat bold dan elegan juga. Ditambah lagi Full HD dengan Corning Gorilla Glass 5 yang jadi andalannya, pas untuk pekerjaan multitasking saya. Premium Sound Acer Swift 7 juga bikin kita puas saat mau nonton film, edit video atau sekedar memutar musik di laptop. Duh Mak, kok keren ya si Acer Swift 7 ini?
![]() |
Penampakan Acer Swift 7. Warna goldnya itu lho aku suka sekali! |
Eits, tunggu sebentar. Kita belum mengulik saudara kembar tapi tak sama dari Acer Swift 7 yaitu Acer Spin 7.
Si Acer Spin 7 ini bisa dijadikan beberapa model karena dia adalah convertible laptop. Fleksibilitasnya sampai 360 derajat lho! Acer Spin 7 bisa diubah menjadi 4 mode ; Tent Mode, Display Mode, Laptop Mode, Tablet Mode. Enak betul bisa diubah-ubah begitu ya? Butuh laptop bisa, butuh tablet bisa. Yang ini tampaknya lebih praktis.
![]() |
Acer Spin 7 yang lebih luwes dan menggoda. Hmmmm.... Pilih mana ya? |
Sama seperti saudara kembarnya, Acer Spin 7 ini tipis banget. Tebalnya 10,98 mm, hanya berbeda 1 mm saja dengan Acer Swift 7. Beratnya kira-kira 1,2 kilogram saja. Beda jauh dengan Deelee yang beratnya sekitar 2,5 kilogram.
Dan yang bikin saya jatuh hati dengan Acer Spin 7 adalah endurance-nya. Daya tahan baterai Acer Spin 7 ini 8 jam lho! Kalau listrik nggak menyala siang-siang kayak di Pulau Arborek ini, saya masih tetap bisa mengerjakan tulisan, foto dan video perjalanan saya.
Hati saya sih lebih condong ke Acer Spin 7, tapi Acer Swift 7 juga cantik dan spesifikasinya oke. Hmmmm... Saya jadi bingung. Menurut teman-teman, kira-kira yang mana yang paling cocok menjadi partner resolusi 2017 saya yang ingin bisa mobile working bahkan dari tempat terpencil? Ditunggu komentarnya di bawah ya ;)