Quantcast
Channel: Travel Journal of Satya
Viewing all articles
Browse latest Browse all 119

Eksplor Nusa Penida, Sisi Lain Pulau Dewata

$
0
0
“Enak kan sup ikannya?”, tanya saya pada Janatan yang tak henti-hentinya mengelap peluh padahal sudah bertelanjang dada.

“Iya. Sambelnya mantep”, jawab Janatan sambil tetap asyik makan.

Siang itu, kami terdampar di pelabuhan Sanur, makan masing-masing dua porsi sup ikan untuk menghalau bosan. Makan sup ikannya di dua tempat pula, satu di Sup Ikan Mak Beng yang tersohor itu dan satu lagi di warung kecil di seberang Mak Beng yang sup-nya tak kalah lezat. Singkat cerita, kami sebenarnya terdampar di Sanur karena kehabisan tiket kapal yang berangkat pagi hari dari ke Nusa Penida. Alhasil kami harus menunggu kapal berikutnya yang berangkat jam 4 sore. Lumayan juga ya menunggu 7 jam. Hahahaha…

Padahal kami sudah gembira saat tak sengaja bertemu Vander dan Irul yang ternyata berencana untuk eksplor Nusa Penida juga. Tapi ternyata Vander & Irul dapat tiket kapal, saya dan Janatan kehabisan. Akhirnya kami sepakat untuk bertemu pas sunset di Angel’s Billabong.

“Nanti nggak ada sinyal ya Sat di sana, jadi tanya saja orang lokal untuk petunjuk jalan ke Angel’s Billabong”, ujar Vander lewat facebook chat.

Buat Vander yang entah sudah beberapa kali keliling Nusa Penida mah gampang. Saya dan Janatan kan belum pernah. Bagaimana cara sampai ke sana, batin saya.

Ah, biasanya juga tersesat nggak takut Sat, ini kan sama aja ya cari jalan. Pasti ketemu kok, yakin saya pada diri sendiri.

Yuk kita kemon!

Laut sangat bersahabat hari itu dan nggak sampai 45 menit kami tiba di pelabuhan Nusa Penida. Vander yang sudah tiba duluan ternyata sudah memesan motor sewaan ke Pak Tut Cinta, salah satu warga lokal yang punya rental motor dan mobil di sana. Biaya sewa motor di Pak Tut sekitar Rp 80.000,-/hari. Yah agak sedikit mahal dibandingkan sewa motor di Kuta dan sekitaran tapi masih oke lah.

Matahari sudah hampir di penghujung langit saat kami berkendara menuju Angel’s Billabong. Fyi, jalan mulus di Nusa Penida hanya sedikit. Masih banyak jalan rusak bolong-bolong, apalagi yang mengarah ke Angel’s Billabong *rhyming*. Jadi siap-siap pegel tangan dan bokong ya. Dan meski jalannya begitu, saya dan Janatan ke sana sampai tiga kali demi dapat cuaca bagus. Hahahaha…

Petunjuk jalan menuju Angel’s Billabong memang tidak jelas tetapi warga lokal Nusa Penida sangat ramah dan sabar menjelaskan rutenya. Jadilah saya dan Janatan bertemu Vander & Irul di Angel’s Billabong. Ternyata mereka memang menunggu di sana. Syukurlahhh…

“Malam ini kita nenda di Pantai Atuh ya”, kata Vander.

“Wihhh asyikkk kemping di pantai! Jauh nggak Atuh dari sini Van?” tanya saya.

“Yah sekitaran 2 sampai 2,5 jam lah” jawab Vander santai.

Alamak! Masih jauh ternyata.

Nah, itulah mengapa satu hari tidak cukup untuk mengeksplor Nusa Penida karena jarak dari satu tempat ke tempat lain itu jauh. Minimal dua hari satu malam lah.

Dua motor berisikan empat anak muda tanpa helm (memang nggak ada helm di penyewaan motor nya), melaju ke arah timur tepatnya ke Pantai Atuh.

Jadi Angel’s Billabong itu ada di ujung barat dan Pantai Atuh di sisi ujung timur. Jadi beneran jauh. Saat melintas pusat kota, kami mengisi bahan bakar sampai penuh dan membeli nasi bungkus dan lauk ayam.

Malam itu indaaaaaaaaahhhh sekali karena menyusuri jalanan di tepi pantai ditemani rembulan penuh. Jadi lautnya berkilauan terkena cahaya bulan. Saking terlenanya, kami lupa berhenti untuk mengambil gambar. Keasyikan dibuai angin sepoi dan memandang si rembulan. Tapi yang bisa menikmati penuh hanya yang dibonceng karena yang bawa motor mah kudu konsentrasi nyetirnya xD

Hari semakin larut dan lampu-lampu rumah sudah banyak yang padam. Motor kami masih melaju dalam gelap, melewati jalan-jalan kecil ke area pemukiman penduduk sampai kami tersadar.

Kami tersesat.

Hahahahaha…

Jadi, lokasi kemping kami itu ada di bukit dan memang melewati rumah-rumah penduduk. Meski Vander sudah pernah ke sana, malam itu dia sedikit lupa lokasinya. Syukurlah setelah bertemu seorang Ibu yang berada di teras rumah, kami menemukan jalan yang benar. Tersesatnya nggak jauh-jauh banget ternyata. Jadi Pantai Atuh itu ada beberapa titik dan syukurlah jalan yang ditunjukkan si Ibu benar ke titik yang diinginkan Vander.

Setelah memarkirkan dan mengunci motor, kami mencari area untuk mendirikan tenda. Ada warung di sana namun karena sudah larut malam, sang empunya pasti sudah terlelap. Tenda sudah berdiri, perut sudah diisi, kami pun pindah ke dunia mimpi tak sabar menunggu pagi.


Pagi itu menjadi salah satu pagi yang paling favorit di tahun 2016 ini. Betapa mewahnya tidur di tenda, begitu dibuka saat pagi langsung disuguhkan pemandangan laut dan golden sunrise yang bikin hati hangat.

Ena’ banget!

Rasanya jarum jam melambat jadi kami bisa menikmati rona langit yang berubah warna cukup lama waktu itu.



Jadi pada mau coba kemping di Pantai Atuh juga kan? Boleeeeh asal sampahnya dibawa pulang yaaaa.

Warung yang ada di Pantai Atuh sudah buka dan jadilah kami memesan Nasi Goreng dan Mie Goreng untuk santap pagi.

Setelah isi amunisi barulah kami turun ke viewpoint tebing Pantai Atuh. Jalan turunnya lumayan curam dan jauh. Syukurlah ada tali pengaman jadi sedikit tertolong. Jangan lupa bawa botol air karena pasti capek naik turun tanpa minum. Mencegah dehidrasi juga karena di atas jam 8 pagi saja, mataharinya sudah terik.



Sayang sekali kami hanya kemping satu malam saja karena Vander dan Irul harus pulang. Jadilah saya dan Janatan menginap di homestay Pak Krisna Sakti yang baik hati. Homestaynya hanya terdiri dari empat kamar dengan kasur empuk, toilet duduk dan shower. Ada dapur juga kalau mau masak. Lumayan menghemat pengeluaran. Makan telur ceplok, kecap dan nasi hangat cukup kan?


Angel’s Billabong


Waktu terbaik untuk datang ke tempat ini ternyata pukul 9 pagi hingga pukul 12 siang ketika matahari masih menyinari dari sisi timur dan gradasi warna air laut biru, hijau dan kuning benar-benar keluar. Kalau kesorean arah matahari sudah berbeda dan pasti jadi lain hasilnya.


Saya nggak tahu siapa yang memberi nama Angel’s Billabong ini . Kemungkinan besar sih orang asing (Australia mungkin?). Memang bentuknya seperti danau, laguna kecil berair asin. Jika mau berenang, perhatikan dulu apakah air laut sedang pasang dan apakah laut sedang berombak tinggi atau tidak. Dikarenakan jika ombak tinggi, hempasannya bisa menyeret kita ke laut. Jadi harus waspada. Saat turun pun harus hati-hati karena batuan karangnya tajam dan bisa melukai jika kita terpeleset atau terjatuh.

Pasih Uug / Broken Beach


Bersebelahan dengan Angel’s Billabong, Pasih Uug ini juga jadi spot menarik untuk difoto. Lucu memang ada lubang besar menganga di tengah batu karang. Pantaslah namanya ‘pasih uug’ yang kalau diartikan menjadi pantai rusak, ya broken beach nama bekennya.




Kelingking Beach


Pantai ini benar-benar bikin jantung copot. Saya dan Janatan penasaran untuk turun ke bawah namun tidak ada orang lain yang bersama kami waktu itu. Ternyata jalur turunnya curam sekali, igir-igir tipis dan pandangan kita langsung ke bibir pantai bawah. Kami turun dengan pelan-pelan sekali dan fokus pada titik pijak. Jangan turun sambil lihat ke pantai. Jantungmu bisa copot kayak main Histeria atau Tornado di Dufan. Tak lagi-lagi ah turun ke bawah sana. Lain waktu datang ke pantai ini lagi, saya hanya ingin bersantai di viewpoint atas saja.


Oh ya, jangan turun ke bawah sana memakai dress atau rok ya. Saya yang pakai celana pendek saja kerepotan apalagi yang pakai rok xD


Senja Sempurna di Crystal Bay Beach


Pernahkah kau ke pantai hanya untuk tidur gogoleran, baca buku sambil dengar musik dan menyeruput kelapa muda segar. Itulah yang kami lakukan di hari terakhir sebelum keesokannya pulang dari Nusa Penida.

Bobok sore ternikmat selama 2016.




Crystal Beach Bay ini tidak terlalu jauh dari pelabuhan, sekitar 15 menit berkendara motor. Jika datang saat hari cerah, laut birunya berkilauan semacam kristal. Mungkin itu mengapa namanya Crystal Bay. Kita juga bisa snorkeling dan surfing di pantai ini. Sayangnya saat kami ke sana, lautnya sedang berombak tinggi dan sudah sore, jadi kalau mau snorkeling pasti zonk dan mabuk dikocok ombak.

Memang sudah tepat menggelar kain pantai dan tidur sore saja. Saat saya bersantai, Atan tahu-tahu sudah asyik berselancar saja meminjam papan surfing anak lokal di sana.

Sebenarnya masih ada tempat-tempat lain di Nusa Penida yang menarik untuk dijelajahi jadi pasti akan ke sana lagi.

Mau ikut? Yuk?

Oh ya, ini kontak yang mungkin kalian butuh di Nusa Penida.

Penyewaan Motor dan Mobil | Pak Tut Cinta +62 821-4684-4339


Homestay Pak Krisna | +62 813-3809-0117

Nusa Penida ini memang agak lain dari Bali, jadi ya silakan menikmati!

Viewing all articles
Browse latest Browse all 119

Trending Articles