Pulau Ternate memang hanya pulau kecil yang bisa dikelilngi dalam waktu kurang lebih satu jam. Namun jangan salah sangka atau salah duga kalau pulau kecil ini tidak ada apa-apanya. Nyatanya, kunjungan 3 hari ke sana nggak cukup saking banyaknya tempat indah yang bisa dikunjungi dan dinikmati.
Dulu saya pernah menulis tentang cantiknyaPantai Sulamadaha dan masih ada beberapa tulisan lain yang akan menyusul tentang kecenya Ternate. Di sini, saya mau berbagi sedikit pesona danau nya.
Ada tiga danau di Pulau Ternate yang biasanya jadi favorit warga dan wisatawan untuk ‘sante-sante’ (santai-santai) yaitu Danau Tolire Besar, Danau Tolire Kecil, dan Danau Ngade. Danau yang pertama kali saya kunjungi adalah Danau Tolire Besar.
Berkendara sekitar setengah jam dari pusat Kota Ternate, saya dan teman-teman sampai di Danau Tolire yang ada di kaki Gunung Gamalama, gunung ‘ibu’ Ternate. Pernah saya membaca jika kaki Gunung Gamalama ini ada di dasar laut. Jadi meski pun ketinggiannya 1715 meter di atas permukaan laut, jika ditotal dari dasar laut mencapai 3000 meter. Wah, tinggi ya. Gunung Gamalama masih aktif hingga hari ini dan sempat ‘batuk’ beberapa waktu lalu.
Puncak Gunung Gamalama nya tertutup kabut. (Photo by Him +Him @saifanah ) |
Erupsi Gunung Gamalama sekitar tahun 1775 menjadi awal pembentukan Danau Tolire Besar atau yang dikenal dengan nama ‘Tolire Jaha’. Kalau Danau Tolire Besar luasnya hampir lima hektar, Danau Tolire Kecil tak ada ubahnya dengan kolam. Tidak terlalu besar dan sangat dekat dengan bibir pantai. Sayang kami tak sempat berhenti untuk mengambil potret Danau Tolire Kecil.
Mitos-mitos di Danau Tolire
Dari parkiran, pengunjung harus menaiki tangga untuk sampai di bibir danau. Jangan heran kalau menemukan banyak warung yang berjejer, menjajakan jagung bakar, mie instan dan jajanan-jajanan lainnya. Namanya juga objek wisata favorit kan.
Danau yang berwarna hijau dan berair tenang ini ternyata menyimpan dua mitos lho. Mitos pertama adalah, batu yang dilemparkan dari bibir danau tidak akan pernah jatuh ke permukaan air. Hmmmm, mitos semacam ini juga pernah saya dengar waktu mengunjungi Danau Kelimutu. Pernah tahu kan?
Meski itu mitos, teman seperjalanan saya, Yuki, penasaran dan mau melemparkan batu ke dalam danau. Sayangnya, nyari batu di sana susaaaaahhhhhh sekali karena ternyata batunya dijual seharga Rp 2.000,- untuk lima buah batu, Kakak. Hahahaha…
Danau Tolire yang airnya tenang sekali... |
Kata salah satu orang lokal, biasanya banyak anak kecil yang menjajakan batu dalam kantong kresek namun kami tidak menjumpai satu pun. Yuki akhirnya mendapatkan batu kecil yang lalu dia lempar sekuat tenaga ke danau. Mungkin karena jauh dan dalam, batu yang dilempar itu tidak kelihatan. Atau bisa saja nyangkut di pohon kan? Kedua alasan itu masuk di akal sih.
Mitos yang kedua adalah tentang adanya buaya putih di Danau Tolire. Begitu menurut kepercayaan masyarakat lokal Ternate. Katanya sih ada yang pernah melihat penampakan buaya putih sepanjang kurang lebih 10 meter itu di permukaan danau. Saya percaya nggak percaya sih, soalnya danaunya kan jauh sekali di bawah. Apa iya kalau ada buaya naik ke permukaan bisa terlihat? Mereka bilang sih kelihatan.
Pun mitos buaya putih ini memang sudah ada sejak lama dan ada di berbagai tempat kan ya? Buaya putih kerap diyakini sebagai makhluk penjaga suatu tempat yang dikeramatkan. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat penampakan buaya putih ini. Katanya lho.
Vegetasi yang ada di sekitaran Danau Tolire masih hijau lebat dan diyakini menjadi habitat bagi burung endemik Ternate. Memang saya melihat ada beberapa burung yang sedang terbang rendah dekat permukaan air. Mungkin saja mereka sedang mencari ikan untuk santapan.
Burung-burung yang terbang rendah di sekitaran danau... |
Waktu yang enak untuk santai di Danau Tolire biasanya pagi hari kalau ingin mendapatkan potret cerah (kalau cuaca cerah ya) atau sore hari ketika cuaca sendu, tidak terik. Kami datang di sore hari dan ya meski tidak dapat potret cerah, rasanya senang bisa menyambangi dan menikmati indahnya Danau Tolire.
Halo Danau Ngade!
Danau ketiga yang kami sambangi adalah Danau Ngade, yang juga jadi favorit saya di Ternate karena pemandangannya juara. Jika hari cerah dan tidak berawan, kita bisa melihat Pulau Tidore dan Maitara segaris lurus dengan Danau Ngade. Saya pernah melihatnya di akun Instagram dua teman saya yang super kece dari Ternate, Acho ( @acho_09 ) dan Ilham ( @ilhamarch ).
Butuh berkendara sekitar 30 menit dari pusat kota untuk mencapai Danau Ngade yang jaraknya sekitar 18 kilometer. Berbeda dengan Danau Tolire, kita bisa menikmati panorama Danau Ngade dari dua sisi. Baik itu dari tepian mau pun dari atas danau.
Sewaktu kami ke sana, belum banyak yang tahu tentang Danau Ngade ini. Hanya beberapa teman-teman yang senang mengeksplor Ternate yang tahu seperti Acho dan Ilham. Sayangnya mereka sudah ada agenda lain sehingga tidak bisa menemani. Bahkan, Bang Sarifudin Koroy yang menjadi pemandu kami waktu itu, kurang mengerti di mana letak viewpoint yang saya temukan di Instagram lalu saya tunjukkan kepadanya. Dia tahu di mana lokasi Danau Ngade, namun belum pernah melihat danau dari sudut atas. Setelah tanya-tanya warga lokal, mereka menunjukkan jalan yang menanjak ke atas. Namun sesampainya di atas pun kami tetap linglung karena ternyata spot viewpoint itu ditutupi seng oleh yang menjaga. Ya pantas susah ditemukannya ya. Hahahaha…
Malu juga saya waktu itu karena sedikit ngotot bahwa kami haru jalan lebih ke atas untuk menemukan viewpoint itu. Ternyata kita sudah sampai di titik yang dituju, namun tertutupi seng.
Kami masuk ke bagian dalam dan ada Pak Kasim yang menjaga spot itu. Dia mempersilakan kami masuk dan mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan. Berbalut kemeja berwarna cokelat dan topi biru, Pak Kasim tersenyum malu-malu saat kami ajak foto bersama. Teman-teman yang ingin menghubungi beliau bisa kontak ke 0823 – 4687 – 5803. Soalnya kalau kalian ke sana dan ternyata pintu seng nya tertutup, teman-teman bisa menghubungi Pak Kasim untuk dibukakan. Hingga kemarin saya ke sana, tidak ada biaya tiket masuk, namun kita bisa memberikan sumbangan suka rela untuk Pak Kasim ya.
Teman-teman seru di perjalanan eksplor Ternate kemarin. ki-ka ; Mas Him @saifanah , Mister Dan @hellomisternet , saya, Yuki @yukianggia dan Bang Sarifudin |
Ngomong-ngomong, Danau Ngade ini dikenal juga dengan nama Danau Laguna. Jarak dari pinggir danau ke bibir pantai kurang lebih satu kilometer membuat danau ini memang terlihat seperti laguna. Beda dengan Danau Weekuri di Sumba yang airnya berasal dari campuran air tawar dan air laut, Danau Ngade ini masih murni air tawar. Masyarakat sekitar Danau Ngade juga membiakkan benih ikan air tawar seperti ikan nila dan mujair. Kalau mau berenang atau bermain sampan juga bisa. Bisa minjam atau sewa sama masyarakat lokal sekitar.
Menurut teman-teman, danau mana yang paling cantik? Yuk lah kita baronda (jalan-jalan) di Ternate!